Kisah Nabi Yunus, Pelajaran tentang Keberanian dan Belas Kasihan 

Tangerang Banten, Detak Indonesia--Kisah Nabi Yunus diputar dalam bentuk video disaksikan oleh sekitar 11.454 hadirin yang mengikuti Kebaktian Tahunan Saksi-Saksi Yehuwa 2018 hari terakhir (hari ketiga) di Indonesia Convention Exhibition Hall 3 dan 3A, Bumi Serpong Damai (BSD) Tangerang Banten, Minggu 19 Agustus 2018 .

Kisah Video ini diambil dari Alkitab di Yunus 1-4. Video ini bercerita tentang Nabi Yunus yang ditugasi Allah yang Benar, Yehuwa untuk mengumumkan penghukuman terhadap Niniwe.

Dia adalah Nabi yang berani, tapi bukannya menunaikan tugas untuk mengabar kepada orang-orang Niniwe, Yunus malah melarikan diri dan menumpang kapal yang menuju Tarsyis. 

Di kapal yang bergeladak itu, Yunus tertidur nyenyak di bagian dalam dari kapal tersebut. Sementara itu, karena diterpa angin badai hebat dari Allah yang dapat mengaramkan kapal itu, para pelaut berseru meminta bantuan kepada 
allah-allah mereka dan mencampakkan muatan ke laut untuk meringankan kapal.

Kapten kapal membangunkan Yunus, mendesaknya untuk juga berseru kepada ’allahnya’. Akhirnya, para pelaut melempar undi untuk menentukan siapa yang bersalah atas terjadinya badai itu. Pastilah Yehuwa kemudian menyebabkan undi itu jatuh pada Yunus. 

Setelah ditanyai, Yunus mengakui bahwa ia telah melarikan diri dari tugas yang diberikan oleh Allahnya, Yehuwa. Agar orang-orang tidak binasa karena ulahnya, ia meminta mereka 
melemparkannya ke laut. Setelah segala upaya untuk kembali ke darat tidak berhasil, para pelaut berbuat seperti yang Yunus katakan, dan laut pun berhenti mengamuk. 

Seraya Yunus tenggelam ke bawah permukaan air 
ternyata ia berada di dalam seekor ikan yang sangat besar. Yunus berdoa kepada Yehuwa, memuliakan Dia sebagai Penyelamat dan berjanji akan memenuhi ikrarnya. Pada hari ketiga, sang nabi dimuntahkan ke darat. Setelah ditugaskan untuk kedua kalinya agar pergi ke Niniwe, ia pun mengadakan perjalanan panjang ke sana. 

Untuk mengumumkan Berita Penghukuman dari Allah Yehuwa pasti dibutuhkan keberanian, karena Niniwe terkenal dengan orang-orangnya yang kasar dan bahkan biadab. Tapi di sana Yunus terus dengan berani mengumumkan berita penghukuman dari Allah yang Benar. 

Pemberitaan Yunus memberikan kesan yang sangat kuat atas orang-orang Niniwe, bahkan sampai ada titah dari Raja yang memerintahkan agar seluruh rakyat dan bahkan binatang peliharaan untuk berpuasa dan mengenakan kain goni, dan mereka semua bertobat dari tindakan dan perbuatan mereka yang jahat. 

Setelah 40 hari berlalu dan tidak terjadi apa-apa atas Niniwe, Yunus sangat tidak senang karena Yehuwa tidak mendatangkan malapetaka ke atas kota itu. Ia bahkan berdoa kepada Allah agar mencabut nyawanya. Akan tetapi, Yehuwa menjawab Yunus dengan mengajukan pertanyaan, ”Layakkah kemarahanmu berkobar?” Lalu, sang nabi meninggalkan kota itu dan belakangan ia mendirikan sebuah pondok untuk dirinya. 

Di sana, Yunus melihat apa yang akan terjadi pada negeri Niniwe dari kejauhan. Sewaktu sebuah tanaman labu air tumbuh secara mukjizat sehingga menjadi naungan bagi Yunus, sang nabi sangat senang. Namun, sukacitanya hanya singkat. Keesokan harinya, seekor ulat merusak tanaman itu sehingga menjadi kering. Karena tidak ada lagi naungan, Yunus terkena angin timur yang panas menyengat dan sinar matahari yang panas menerpa kepalanya. Sekali lagi, ia minta mati. 

Di sini Yehuwa memberikan pelajaran dengan membandingkan belas kasihan Yunus kepada tanaman Labu air itu yang dia tidak tanam, tapi Yehuwa lebih pantas berbelas kasihan kepada negeri Niniwe dengan jumlah penduduk yang lebih dari 120.000 jiwa yang tidak tahu tentang yang baik dan yang buruk, dan belum lagi binatang peliharaannya yang banyak. Pastilah Yunus belajar tentang keberanian dan belas kasihan dari kisah yang dia alami.(rls/di/azf)


Baca Juga